Oleh Esa Nur Intan
SOEMPAH PEMOEDA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE,
TANAH AIR INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA,
MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA
INDONESIA
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA
MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN,
BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928
Asing? Tidak. Tidak bagi mereka yang
tahu rekam jejak lalu. Tidak bagi mereka yang menghargai para pendahulu. Tidak
bagi mereka yang hidup saat ini belajar dari kemarin.
Teks diatas merupakan teks Soempah
Pemoeda yang dibacakan pada saat Kongres Pemoeda yang bertempat di
Waltervreden, atau saat ini lebih dikenal nama Jakarta, pada tanggal 27-28
Oktober 1928 dengan sebelumnya diputar lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan iringan
biola karya W. R. Soepratman.
SEJARAH. Tentu perlu orang tau. Untuk
apa? Untuk sadar bahwa kita hidup di tiga dimensi waktu: lalu, saat ini, dan
yang akan datang. Tentu ketiganya saling terkait membentuk hubungan untuk
kemudian menjadi jembatan yang akan mengantarkan kita kemasadepan. Untuk
melangkah ke masa depan, perlu belajar dari masa lalu, bukan? Sejarah lantas
tak hanya menjadi rangkaian peristiwa yang telah atau pernah terjadi, melainkan
juga sebagai bahan cerminan dan pelajaran untuk bagaimana kemudian manusia di
masa kini menciptakan jutaan langkahnya menuju masa depan.
Banyak hal yang bisa kita pelajari
dari dimensi waktu pertama, dari sumber daya manusia atau pemuda lebih
spesifiknya. Tak perlulah ragu akan semangat persatuan, kesatuan, dan
nasionalisme para pemuda jaman dulu. Para pemuda yang bersatu, yang sadar bahwa
kemerdekaan tak akan mereka raih jika mereka maju hanya sebagai individu.
Mereka yang memiliki semangat juang yang tinggi untuk berjuang. Memperjuangkan
apa? Memperjuangkan kebebasan yang saat itu Indonesia inginkan. Merdeka, ya
mereka ingin menjadi bangsa yang merdeka. Tak lagi menjadi budak bangsa lain
yang laparakan kekayaan yang kita punya. Para pemudalah yang menjadi salah satu
bagian penting dari kemerdekaan yang hari ini kita rasakan.Kembali ke sejarah,
tentu masih lekat diingatan mengenai peristiwa Rengasdengklok yang mungkin diceritakan
para guru atau yang tertulis di buku. Betapa para pemuda sungguh-sungguh berupaya
memperjuangkan kemerdekaannya hingga melawan kaum tua dan mendesak mereka untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Dengan semangatnya mereka
bersatu dan melakukan itu semua yang kontras berbeda dengan para pemuda hari
ini. Semangat yang akan sulit ditemukan di tiap-tiap pemuda di jaman sekarang.
Pemuda yang tak bisa mengelola kecerdasaannya sendiri untuk memajukan bangsa.
Pemuda yang tak bersatu guna membangkitkan semangat nasionalisme. Pemuda yang
individualis dan cenderung pasif.
Lantas, menjadi seperti apa seharusnya
pemuda saat ini? Mudah saja, berkacalah pada pemuda jaman dulu. Tiru semangat juang,
nasionalisme, serta kebersatuan yang mereka miliki. Ketahuilah mereka tak seberuntung
pemuda saat ini. Dimana banyak sekali kemudahan yang sudah kita miliki yang tak
mereka dapatkan di masa lalu namun tak lantas melunturkan semangat mereka sebagai
layaknya pemuda. Saat ini tugas kita hanya meneruskan, mengisi kemerdekaan dengan makna-makna yang
dapat kitatuangkan melalui karya dan tindakan.
Lawan ketidakadilan yang masih terjadi
di negara yang sudah merdeka ini!
Lawan pemimpin yang dzalim terhadap rakyatnya!
Lawan kebijakan yang memberatkan kaum
lemah!
Lawan!
Pemuda, ketahuilah, bukan pada mereka
yang menduduki kursi empuk itu, bukan pada mereka yang kerja di gedung mewa ber-AC
itu, bukan pada mereka dengan berbagai tunjangan mewah yang pada dasarnya dari rakyat
itu rakyat bergantung, tetapi padamu, pada pemuda. Pada pemuda rakyat bergantung
atas tiap kebijakan yang dibuat wakil mereka yang sesungguhnya namun tak sungguh-sungguh
mewakili. Mengapa padamu, Pemuda? Karena kau memiliki beberapa hal yang mereka tak
punya. Kau cerdas, pemuda. Kau kuat, kau muda, kau pun pasti bisa. Bantulah rakyatmu.
Bantu mereka dari kejahatan yang tercipta dari ketidakadilan yang pemimpinmu buat.
Bantu mereka dengan caramu. Gunakan otakmu, otak cerdas yang tanpa kau sadari juga
rakyat yang ciptakan, dari subsidi mereka juga kau seperti ini, maka dari itu selain
belajar, bantu mereka pemuda, bantulah.
Kau tahu? Segala kekacauan yang
terjadi bias kau mulai lihat dari dua sisi: pemimpin atau yang dipimpin.
Jadilah rakyat yang baik, pemuda yang baik, jika masih kacau, lihat pemimpinmu,
barangkali segala kekacauan berasal darinya. Jika kau sudah menjadi orang yang
baik sebagai yang dipimpin, kaupun harus mempunyai pemimpin yang baik. Pemimpin
yang dapat menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Sehubungan dengan pemuda, mulailah dengan lakukan peranmu secara sederhana,
gunakan hak suaramu! Jangan lagi kau menganggap tak akan ada artinya satu suaramu,
karna jika semua pemuda berpikir sama sepertimu, maka kekacauanlah yang akan terus
terjadi dan pemimpin yang dzalimlah yang akan terus muncul. Maka mudah saja,
hak suaramu gunakanlah. Sayang jika ia terbuang sia-sia. Satu suara menentukan nasib
bangsa ke depan. Jika kau enggan berpikir rumit mengenai pemilu dan para calon pemimpinmu,
tak perlu, sekali lagi sederhana saja, gunakan hak suaramu. Maka jadilah engkau
pemuda yang berpengaruh atas rakyat yang secara tidak langsung sudah menggantungkan
nasibnya padamu. Jadikan sejarah pemuda jaman
dulu untuk menjadikanmu kelak pemuda yang bersejarah menciptakan perubahan untuk
rakyat yang terus menerus dizalimi pemimpin yang terpilih namun tak dipilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar